Jumat, 23 Juli 2010

Memelihara Bekisar

BEKISAR


2 Votes
Quantcast

MENU ARTIKEL BEKISAR

I. ASAL-USUL BEKISAR
III. CARA-CARA MENGAWINKAN INDUK BEKISAR

II. INDUK PENGHASIL BEKISAR YANG BAIK

A. Memilih Pejantan
B. Memilih Induk Betina
C. Cara Menghasilkan Aneka Bekisar

1. Cara menghasilkan bekisar berbulu merah
2. Cara menghasilkan bekisar berbulu putih
3. Cara menghasilkan bekisar berbulu kuning, abu-abu, jali, dan wido

A. Pengawinan dengan Cara Dodokan
B. Penjodohan dalam Kandang

1. Penjodohan dalam kandang bersama
2. Penjodohan dalam kadang bersekat

C. Inseminasi Buatan

IV. SELEKSI KELAMIN ANAKAN BEKISAR

A. Seleksi Kelamin dengan Melihat Ciri Luar
B. Seleksi Kelamin dengan Melihat Kloaka

V. PERAWATAN DARI ANAKAN HINGGA DEWASA

I. ASAL-USUL BEKISAR

Ayam bekisar merupakan hasil kawin silang antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dengan berbagai jenis ayam, misalnya ayam kampung (Gallus domestica). Kawin silang ini dapat menghasilkan bekisar dengan wama bulu beragam.

Ayam hasil kawin silang ini sebenarnya telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Namun, pada masa itu bekisar hanya dikenal oleh kalangan tertentu, misalnya raja atau bangsawan. Kini bekisar tidak hanya jadi milik bangsawan. Siapa pun bisa memiliki jenis ayam ini.

Usaha pengawinsilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung ini bermula di Pulau Kangean, sebuah pulau kecil di sebelah timur Pulau Madura, termasuk wilayah Kabupaten Sumenep. Di pulau inilah pertama kali bekisar “dibuat”. Dari Pulau Kangean bekisar menyebar ke Pulau Madura. Di Madura dan sekitamya unggas ini menjadi kebanggaan masyarakat. Bahkan, di Jawa Timur unggas cantik ini dinobatkan menjadi fauna identitas atau maskot propinsi. Sekarang penyebaran bekisar sudah meluas ke seluruh pelosok tanah air.

KEMBALI KE MENU ARTIKEL

II. INDUK PENGHASIL BEKISAR YANG BAIK

Sekarang ini sudah tidak aneh lagi bila bekisar dilombakan, bahkan lomba bekisar merupakan acara yang rutin diadakan setiap tahun. Bekisar yang dilombakan tidak hanya dinilai suaranya, tetapi juga penampilan dan keserasian warna bulunya. Oleh sebab itu, dalam membuat bekisar, mutu induk jantan dan betina harus diperhatikan.

A. Memilih Pejantan

Untuk menghasilkan bekisar yang bermutu bagus, dipilih pejan-tan berupa ayam hutan hijau yang sehat, tubuhnya besar dan bagus, serta jenggemya tegak dan berwarna cemerlang. Selain itu, pejantan harus bersuara bagus dan rajin berkokok karena suara inilah yang menjadi daya tarik keturunannya nanti. Pejantan juga harus pemberani karena pada umumnya ayam hutan takut kepada ayam kampung. Untuk bisa dikawinkan, dipilih ayam hutan jantan yang sudah berumur lebih dari dua tahun.

Ayam hutan hijau memiliki kombinasi warna bulu hitam, merah, dan hijau mengilat. Jenggernya tebal dan tegak berdiri. Pialnya hanya satu. Bentuk tubuhnya gagah dan bagus dengan pandangan mata tajam. Bila disilangkan dengan ayam kampung, sifat-sifat ini akan diturunkan ke anaknya.

B. Memilih Induk Betina

Induk betina juga menentukan mutu bekisar yang akan dihasilkan. Dari induk yang berbeda akan diperoleh macam-macam bekisar yang berbeda pula. Secara umum, ayam betina yang baik untuk induk bekisar adalah ayam yang sehat, besarnya tidak melebihi ayam hutan jantan, berbulu tebal, dan berjengger wilah (bergerigi). Selain itu, ayam betina harus sudah berumur enam bulan dan koteknya keras serta panjang. Paduan kotek ayam betina seperti ini dengan kokok ayam hutan yang bagus akan menghasilkan bekisar yang bersuara bagus pula.

Selain mewariskan bentuk jengger dan suara pada anak-anaknya, induk betina juga menentukan variasi warna bulu keturunannya.

C. Cara Menghasilkan Aneka Bekisar

Aneka bekisar dapat diperoleh dengan mengawinkan induk yang mempunyai wama bulu tertentu. Cara-caranya sebagai berikut.

1. Cara menghasilkan bekisar berbulu merah

Untuk menghasilkan bekisar berbulu merah, ayam hutan hijau dikawinkan dengan ayam kampung betina yang berbulu merah, hitam merah, atau kecokelatan. Betina yang berbulu hitam dapat diperoleh dengan mengawinkan jago cemani berbulu hitam yang bersuara bagus dengan cemani betina berbulu hitam yang berukuran kecil. Anak cemani hasil perkawinan itu disilangkan dengan ayam hutan hijau jantan.

2. Cara menghasilkan bekisar berbulu putih

Bekisar berbulu putih saat ini masih merupakan bekisar yang langka dan harganya cukup mahal. Untuk menghasilkan bekisar seperti ini, H. Ali Thamin, seorang pakar sekaligus penangkar bekisar di Jakarta, mengawinkan ayam kampung jantan dan betina yang sama-sama berwarna putih. Keturunannya (Fl) dikawinkan dengan sesamanya (Fl). Hasil perkawinan antara Fl ini — berupa F2 — juga dikawinkan dengan sesamanya sehingga menghasiikan F3. Demikian seterusnya sampai diperoleh F5. Setelah diperoleh F5 yang berbulu putih mulus, lalu dikawinkan dengan ayam hutan hijau. Hasil perkawinan ini berupa bekisar berbulu putih mulus.

Bisa juga ayam hutan jantan yang berwarna hijau dikawinkan dengan ayam kampung berbulu putih, tanpa melalui seleksi sampai F5. Namun, bekisar yang dihasilkan umumnya tidak putih mulus.

Bisa juga dengan mengawinkan ayam ras jantan yang berbulu putih dengan ayam kampung betina yang berwarna putih. Ayam ras jantan berbulu putih ini gen warna putihnya lebih kuat dibanding ayam kampung. Oleh karena itu, warna putih akan diwariskan ke anak-anaknya. Keturunan pertama (Fl) dikawinkan dengan sesama Fl sehingga diperoleh F2. Keturunan kedua (F2) yang berukuran kecil dan berwama putih dikawinkan dengan ayam hutan jantan yang berwarna hijau. Perkawinan ini akan menghasilkan bekisar berbulu putih mulus.

Menurut Kasno Sarif, petemak dan pedagang bekisar di Jakarta, bekisar putih dapat diperoleh dengan mengawinkan betina ras yang berbulu putih dengan jantan kampung yang berbulu putih atau warna lainnya. Kemudian, keturunan yang berbulu putih mulus dikawinkan dengan ayam hutan jantan yang berwarna hijau.

3. Cara menghasilkan bekisar berbulu kuning, abu-abu, jali, dan wido

Untuk menghasilkan bekisar berbulu kuning, induk betinanya harus ayam kampung yang berbulu kuning atau kekuningan.

Untuk memperoleh bekisar berbulu abu-abu dan jali, induk betinanya juga ayam kampung yang berwarna abu-abu dan jali.

Bekisar berwarna wido bisa diperoleh dengan mengawinkan jago kampung berbulu putih dengan betina kampung putih hingga diperoleh Fl. Keturunan pertama ini dikawinkan dengan sesamanya hingga diperoleh F2. Keturunan kedua ini dikawinkan dengan ayam hutan hijau jantan. Hasilnya berupa bekisar berbulu wido, merah, dan blorok. Bekisar wido bisa juga diperoleh dari ayam beti-na berbulu wido atau hitam yang di leher dan sayapnya mempunyai sedikit warna keperakan.

KEMBALI KE MENU ARTIKEL

III. CARA-CARA MENGAWINKAN INDUK BEKISAR

Ada beberapa cara mengawinkan ayam hutan hijau jantan dengan ayam kampung: cara dodokan, penjodohan dalam kandang, dan inseminasi buatan. Masing-masing cara tersebut dapat dilakukan seperti berikut ini.

A. Pengawinan dengan Cara Dodokan

Cara mengawinkan ayam hutan dan ayam kampung yang umum dilakukan oleh masyarakat Kangean adalah cara kawin tipu atau dikenal dengan dodokan. Tidak semua orang bisa melakukan cara ini karena perlu keahlian dan keterampilan tersendiri. Untuk melaksanakan kawin tipu ini, dipilih ayam hutan yang sudah jinak dan siap kawin. Juga disiapkan ayam kampung betina yang akan dikawinkan. Bulu-bulu ayam betina yang menutupi dubumya dicabuti sampai bersih agar ayam jantan tidak stres karena alat kelaminnya tercocok bulu si betina.

Selanjutnya ayam betina diikat kakinya dan tubuhnya dipendam dalam tanah dengan dubur menungging ke atas. Agar ayam tidak bergerak, badan di antara kedua sayap dipantek dengan paku besar atau pantek bambu. Ekornya diikat ke samping sehingga duburnya lebih menonjol ke luar. Kepalanya ditutup dengan rerumputan agar tidak terlihat si jantan.

Bila ayam betina sudah selesai dipersiapkan, diperlukan seekor ayam hutan betina sebagai pemikat dan pembangkit berahi. Sebelumnya, si jantan yang berada dalam kurungan didekatkan pada betina yang “tersandera” kira-kira 1 m jaraknya. Setelah itu, pawang

memegang ayam hutan betina dengan menggenggam kedua pangkal pahanya dan menyodor-nyodorkan dubur ayam hutan betina, lalu si jantan bersama kurungannya digiring mendekati betina kampung yang disandera.

Bila berahi si jantan mulai memuncak, ia segera akan mematuk jengger ayam hutan betina. Jika sudah demikian, segera ayam pemikat digeser ke punggung ayam kampung yang terletak lebih rendah. Kalau si jantan sudah nangkring di punggung betina hutan, dengan segera ayam itu digeser sehingga tidak menghalangi ayam kampung. Dengan akal-akalan ini si jantan tetap menggigit jengger betina hutan, tetapi yang dikawini adalah betina kampung yang siap di bawahnya.

Setelah perkawinan selesai, ayam kampung yang disandera dilepas dan dubumya ditutup dengan tempurung kelapa agar tidak dikawini oleh ayam jantan lain. Ini dilakukan untuk menjaga kemurnian silangan.

Membuat bekisar dengan cara dodokan ala Kangean ini sekarang sudah banyak dimodifikasi, misalnya tanpa memendam ayam betina dalam lubang atau tanpa pemikat ayam hutan betina. Cara dodokan yang demikian memerlukan pejantan yang agresif, berani, dan sudah jinak.

Untuk mendapatkan ayam jantan yang demikian, perlu kesabaran dan ketekunan. Ayam hutan jantan biasanya dipelihara sejak kecil dan dirawat dengan baik. Agar agresif dan berani, ayam hutan perlu latihan sejak masih anakan. Misalnya, anak ayam dibiasakan berhubungan dengan manusia sesering mungkin, setiap pagi dijemur, sangkarnya dipindah-pindahkan, dan didekatkan dengan ayam kampung betina. Latihan demikian akan membentuk pejantan dewasa sebagai pemacek dodokan yang tidak malu dan tidak penakut.

Apabila ayam pejantan sudah menunjukkan tanda-tanda siap kawin, kita ambil ayam betina yang akan dikawinkan. Pejantan yang siap kawin bila didekati ayam betina akan menceker-cekerkan kaki dan mengepakkan sayapnya. Bila sudah demikian, ayam betina yang akan dikawinkan dipegang kedua kakinya dan didodokkan dalam sangkar ayam pejantan. Ayam pejantan yang berani itu akan segera menghampiri ayam betina dan mengawininya. Ayam betina yang sudah dikawini selanjutnya dilepas dalam kandang tersendiri dan tidak dicampur dengan ayam lain.

Meskipun sudah dilatih, sering terjadi ayam pejantan tidak mau mengawini ayam betina yang disodorkan. Pada umumnya ayam hutan hijau jantan senang pada ayam kampung yang mirip dengan ayam hutan betina yang berwarna kecokelatan. Oleh karena itu, tidak jarang penangkar memanipulasi betina semirip mungkin dengan ayam hutan. Cara ini akan memperlancar proses perkawinan kedua jenis ayam itu.

KEMBALI KE MENU ARTIKEL

B. Penjodohan dalam Kandang

Membuat bekisar dapat juga dilakukan dengan cara penjodohan dalam kandang. Dengan cara ini ayam hutan jantan dan

ayam kampung betina akan kawin dengan sukarela, tanpa tipuan atau paksaan. Ada beberapa model penjodohan dalam kandang: penjodohan dalam kandang bersama dan penjodohaji dalam kandang bersekat.

1. Penjodohan dalam kandang bersama

Cara ini sebaiknya menggunakan kandang ren yang berhalaman agar ayam dapat hidup lebih bebas dan leluasa. Ayam jantan yang dijodohkan umumnya sudah jinak, pemberani, dan umurnya lebih dari dua tahun. Betina berumur enam bulan, siap bertelur atau sudah pernah bertelur. Ada juga yang menjodohkan ayam jantan dewasa dengan ayam kampung betina yang masih anakan. Kedua ayam yang berbeda umur ini ditaruh dalam satu kandang. Setelah enam bulan ayam betina siap menjadi induk.

Dalam kandang ini bisa dijodohkan pasangan tunggal, artinya satu pejantan dengan satu betina. Dapat juga dengan pasangan ganda, artinya seekor pejantan dengan dua atau lebih betina. Kalau jantannya sudah jinak, pasangan dalam satu kandang ini biasanya cepat akrab. Perkawinan akan segera berlangsung bila si jantan sering berkokok berulang-ulang, jenggernya tegak dan tampak cerah cemerlang, lagaknya gagah, dan kakinya suka menceker-ceker.

Setelah terjadi perkawinan, biasanya betina akan bertelur. Telur yang dihasilkan segera diambil untuk ditetaskan di tempat lain atau dierami induknya sendiri. Kalau akan dierami oleh induk sendiri, sebaiknua betina dan telumya diambil dan ditempatkan dalam kandang tersendiri atau jantannya yang dipisahkan.

2. Penjodohan dalam kadang bersekat

Kandang bersekat adalah model yang ruangnya dibagi dua dan dipisahkan dengan sebuah sekat. Sekat dibuat dari jeruji bambu sehingga memungkinkan ayam yang dijodohkan masih bisa saling melihat pasangannya. Bila kandang sudah siap, ayam jantan dimasukkan ke salah satu ruangan dan ayam betina di ruang satunya. Cara ini juga perlu pejantan yang jinak dan betina yang sudah masanya bertelur. Sepasang ayam dalam kandang bersekat ini lama-kelamaan akan saling mengenal dan tampak rukun. Bila ayam jantan dan betina sudah menunjukkan tanda-tanda siap kawin, mereka dapat dipertemukan dengan memindahkan betina ke dalam ruang pejantan atau melepas sekat yang membatasinya.

Tanda tanda ayam jantan yang sudah siap kawin adalah jenggernya berdiri dan bewarna merah, sering mengepak-ngepakkan sayap, berkokok terus-menerus, tampak bersemangat dan bila melihat ayam kampung lebih agresif, dan suka menabrak-nabrak sekat pemisah seolah ingin mengejar pasangannya. Betina yang sudah siap kawin biasanya kelihatan tidak tenang dan sering berkotek. Bila sudah demikian, ayam betina diangkat dan dimasukkan ke dalam kandang ayam pejantan. Bila penyekatnya dipasang tidak permanen, bisa ditarik sehingga jantan dan betina dapat bertemu dan kawin. Sebaiknya mereka dibiarkan kawin beberapa kali untuk memantapkan hasilnya. Setelah itu, betina dikembalikan ke tempatnya agar bertelur.

C. Inseminasi Buatan

Membuat bekisar juga dapat dilakukan dengan inseminasi buatan. Cara ini memang agak rumit sehingga butuh keterampilan untuk melakukannya.

Pejantan yang akan diambil spermanya dipilih yang sehat, sudah jinak, berumur kurang iebih dua tahun, dan kandangnya terpisah dari ayam betina. Untuk merangsang keluarnya sperma, dilakukan pemijitan pada bagian perut dekat kloaka.

Pengambilan sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang paha dan sayap, lalu mengempitnya di antara ketiak. Seorang lagi mengangkat ekor dengan tangan kiri, ibu jari dan telunjuk disiapkan untuk memijit sisi lubang kloaka. Sementara itu, tangan kanannya mengurut perut di bagian bawah tulang panggul. Pengurutan ini menyebaban si jantan terangsang dan mengeluarkan sepasang papila dari kloakanya. Bila papila telah keluar sempuma, pijitan dilakukan dengan tangan kiri. Akibat pijitan ini, sperma akan keluar dan segera ditampung dalam tabung reaksi atau cawan porselin, lalu disedot dengan alat suntik yang telah dilepas jarumnya.

Pengambilan sperma seperti ini dapat membuat ayam stres. Oleh karena itu, dibutuhkan ayam jantan yang sudah benar-benar jinak. Selain itu, karena sempitnya anus dan rongga kloaka ayam hutan, tidak jarang pengambilan sperma dengan teknik pemijitan di daerah sekitar kloaka sering mengalami kesulitan. Untuk menghindari hal itu, kini telah diteliti metode inseminasi buatan yang lebih praktis. Dr. drh. Hardijanto, M.Sc., Staf pengajar FKH Unair Surabaya, telah melakukan teknik pengambilan sperma ayam hutan dengan cara penyedotan menggunakan spuit. Menurutnya, cara ini lebih praktis dan dapat mengurangi stres.

Sperma yang telah diambil dari ayam hutan harus segera digunakan. Tentu saja sebelumnya dipilih betina yang umurnya lebih dari enam bulan dan sudah masanya bertelur. Penyuntikan sperma ke ayam betina dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam betina dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menekan bagian perut yang lunak sehingga lubang saluran telur dan lubang usus keluar. Yang seorang lagi memegang alat suntik berisi sperma. Bila ayam betina sudah siap, ujung alat suntik dimasukkan ke kloaka dan sperma disemprotkan ke dalamnya. Dengan inseminasi buatan ini setiap ekor betina cukup diberi 0,05 cc sperma.

Sperma yang diambil dari ayam jantan bisa juga diencerkan dulu. Pengencer yang digunakan bisa kuning telur dan glukosa dengan perbandingan satu bagian sperma, empat bagian kuning telur, dan satu bagian glukosa. Segera setelah diambil dan diencerkan, sperma harus disuntikkan ke ayam betina. Dengan sperma yang telah diencerkan ini, setiap ekor betina cukup diberi 2 cc.

Selain kuning telur dan glukosa, pengencer sperma juga dapat berupa campuran kuning telur dan air kelapa dengan perbandingan 10:1 suhu 30° C. Pengencer lainnya lagi yang dapat digunakan adalah larutan NaCl pada pH 7—8 atau air susu. Pada saat pengeceran sebaiknya juga ditambahkan antibiotik untuk meningkatkan daya tahan hidup dan menghambat pertumbuhan bibit penyakit.

Bila fertilitas .sperma penjantan tinggi, ayam betina sedang dalam masa bertelur, dan inseminasi buatan dilakukan dengan benar, pada hari kedua telur yang dihasilkan sudah berisi benih berkisar.

KEMBALI KE MENU ARTIKEL




IV. SELEKSI KELAMIN ANAKAN BEKISAR

Seleksi jenis kelamin pada ternak unggas sudah umum dilakukan, misalnya pada ayam petelur. Hal ini pun berlaku untuk temak bekisar. Karena bekisar yang diperlukan hanya yang jantan, jenis kelaminnya harus diketahui sedini mungkin. Bila sudah dapat dipilih, perawatan selanjutnya dapat difokuskan untuk bekisar jantan saja. Dengan demikian, makanan maupun curahan perhatian akan lebih efisien.

Kesulitan yang sering dijumpai adalah bekisar yang baru menetas tampak hampir sama wama dan corak bulunya sehingga sulit dibedakan jantan betinanya. Meskipun demikian, ada beberapa cara untuk mengetahui jenis kelamin bekisar: dengan melihat ciri luarnya atau dengan melihat kloakanya.

A. Seleksi Kelamin dengan Melihat Ciri Luar

Dengan melihat ciri luarnya, kita dapat membedakan jenis kelamin bekisar, misalnya dengan melihat warna kakinya, bentuk jengger, atau warna bulunya.

Dari induk yang berkaki putih, kuning, atau wama terang lainnya, akan dihasilkan bekisar dengan wama kaki jantan dan betina yang berlainan. Bekisar jantan akan memiliki kaki yang warnanya mengikuti warna kaki induk betinanya, yaitu putih, kuning, atau warna muda lainnya, sedangkan yang betina kakinya berwarna gelap, yaitu hitam, hijau, atau warna tua lainnya.

Dilihat dari bentuk jenggernya, anakan bekisar jantan biasanya akan mewarisi bentuk jengger induk betinanya. Kalau kita

mengawinkan ayam kampung betina yang berjengger bilah dengan ayam hutan jantan, anakan jantan akan bejengger tebal dan bergerigi, sedangkan anakan betina akan betjengger seperti ayam hutan jantan.

Seleksi kelamin dengan melihat kaki atau jengger dapat dilakukan pada anakan yang berumur sehari. Ini tidak berlaku untuk anakan yang induknya berbulu hitam atau dominan putih.

Seleksi kelamin dengan melihat wama bulu hanya dapat dilakukan setelah anakan bekisar berumur dua bulan. Bulu suri depan, sekitar tembolok, bekisar jantan secara bertahap akan berubah warna, akan tampak warna hitam, merah, atau totol-totol. Bekisar betina akan berbulu cokelat kekuningan mirip ayam hutan betina atau wama lain yang akan tetap bertahan hingga dewasa.

Haryanto Sutejo, penangkar ayam hutan dan bekisar di Surabaya, membedakan anakan bekisar jantan dan betina dengan melihat garis hitam memanjang dari kepala sampai ekor. Bila garis hitam itu terputus di leher, berarti anakan itu betina. Bila tidak terputus, berarti jantan.

B. Seleksi Kelamin dengan Melihat Kloaka

Cara ini lebih tepat dibandingkan cara sebelumnya, tetapi lebih membutuhkan keterampilan dan pengalaman. Segera setelah anakan bekisar menetas seleksi kelamin harus dilakukan, paling lambat 36 jam setelah menetas. Pada saat ini anak ayam belum diberi makan atau minum hingga kloakanya belum mengeras dan ini memudahkan seleksi. Selain itu, juga bertujuan untuk mengurangi stres pada anakan bekisar. Dari kloaka akan diketahui jenis kelaminnya. Organ kelamin jantan akan tampak kecil sekali, bentuknya seperti kepala jarum. Ini dapat terlihat dalam penerangan cukup. Pada anakan betina bentuk seperti itu jarang ditemukan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membedakan jenis kelamin anakan bekisar melalui kloaka adalah sebagai berikut.

1. Anakan yang baru menetas dipegang dengan tangan kanan.

2. Lehernya dijepit di antara jari tengah dan jari manis tangan kiri.

3. Perut bagian bawah diraba dengan ibu jari dan kelingking tangan kiri. Bila terasa keras, anus anak ayam diletakkan pada wadah kotoran yang sudah disediakan.

4. Punggung anak ayam diketuk-ketuk perlahan dengan jari tengah tangan kiri hingga kotoran keluar dan jatuh ke penampung.

5. Bagian bawah lubang anus ditekan dengan ibu jari tangan kanan mengarah ke atas.

6. Telunjuk tangan kanan juga ditaruh pada anus.

7. Ketiga jari – telunjuk kanan, ibu jari kanan, dan ibu jari kiri -digerakkan bersama-sama sehingga anus terbuka dan kloaka bagian dalam menonjol keluar.

8. Kloaka diamati di bawah lampu dan dikenali jenisnya kelaminnya. Jika ada tonjolan sebesar kepala jarum, berarti anakan tersebut jantan.

KEMBALI KE MENU ARTIKEL

V. PERAWATAN DARI ANAKAN HINGGA DEWASA

Untuk mendapatkan suara maupun penampilan bekisar yang berkualitas, dibutuhkan perawatan intensif sejak masih anakan sampai dewasa.

Bekisar anakan diberi pakan voer 521. Setelah berumur enam minggu, diganti dengan voer 591 ditambah protein hewani, misalnya belalang, larva semut merah, atau jangkrik yang diberikan seminggu sekali. Setelah dewasa, voer tidak diberikan lagi. H. Ali Thamin mempunyai resep ransum untuk bekisar dewasa, berupa campuran jagung, beras merah, ketan hitam, dan kacang hijau dengan perbandingan 3:4:1:1/4. Ada kalanya pada setiap 10 kg ransum ditambahkan dua sendok madu dan dua sendok minyak ikan.

Lain halnya dengan Made Parwata. Peternak dan pedagang bekisar di Bali ini masih tetap memberikan voer untuk bekisar de-wasa. Menurut pengalamannya, 1 kg voer ditambah cincang rum-put gajah sebanyak 20% dari voer yang diberikan cukup untuk 15 ekor bekisar dewasa. Selain itu, dua hari sekali bekisar diberi pakan tambahan berupa juice buah, telur, dan madu. Satu liter juice buah (tomat atau alpukat) biasanya dicampur dengan tiga butir telur dan dua sendok madu. Made Parwata juga memberikan pakan tambah-an berupa ulat hongkong atau ulat daun pisang yang diberikan seminggu sekali. Paling tidak sepuluh ekor ulat untuk setiap ekor bekisar. Minumnya berupa air bersih yang telah dimasak dan setiap hari diganti. Sebagai tambahan dapat juga diberikan vitamin C atau vitamin B kompleks.

Agar kuat, unggas ini perlu dijemur setiap pagi hari selama ku-rang lebih dua jam. Ada baiknya juga bekisar dimandikan seminggu sekali agar bulu-bulunya tetap bersih dan bagus. Bekisar yang cukup mendapat perawatan bulunya tampak bersih dan mengkilat, matanya tajam, energik, dan tidak segan-segan memamerkan suaranya yang nyaring.

Kandang sebaiknya tetap dijaga kebersihannya. Kotoran dibersihkan setiap hari dan tidak dibiarkan menumpuk dalam kandang. Dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan memperhatikan kebutuhannya, niscaya akan didapat bekisar yang benar-benar bagus. (Pernah dimuat di Majalah Trubus)

from omkicau.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar